contoh
ukiran pada almari
|
Apa
itu seni Ukir?
Kata ”ukir” dalam bahasa inggris ”carving” yang
berarti ukiran. Kata pahatan atau mengukir kayu dalam istilah bahasa Inggris
adalah woodcarving. Pada pekerjaan carve, bagian
bahan yang tidak diperlukan akan dibuang, seperti halnya kalau kita bekerja
dengan batu atau marmer, untuk memperoleh bentuk yang dikehendaki (Sahman,
1993: 79). Tujuan untuk mengurangi atau membuang bagian yang tidak diperlukan
yaitu untuk membentuk ornamen sesuai dengan gagasan seniman sehingga
menimbulkan bentuk artistik dalam ukiran tersebut.
Ciri utama ukiran adalah bentuk permukaan yang tadinya
rata menjadi tidak rata, setelah mengalami proses pengurangan atau penambahan
sesuai dengan bahan yang digunakan sehingga terdapat tonjolan motif yang
mempunyai kedalaman bervariasi dan akan menimbulkan nilai artistik bagi yang
menikmati. Menurut Sudarmono dan Sukijo (1979 : 1) ukir atau mengukir adalah
mengoreskan atau memahat huruf – huruf dan gambar pada kayu, logam atau batu
sehingga menghasilkan bentuk timbul dan cekung atau datar sesuai dengan gambar
rencana. Sedangkan ukiran kayu ialah bentuk pahatan papan atau kayu dengan
teknik pahat yang sifatnya kruwikan dan mementingkan bentuk
timbul – timbul (bulat), cekung – cekung atau krawing dan
datar.
Karya seni ukir merupakan karya kasat mata yang langsung
dapat dinikmati oleh semua orang, baik dari segi wujud desainnya maupun teknik
yang digunakan. Dilihat dari segi desainnya menunjukkan suatu gambar hiasan
yang berulang maupun bersambung satu dengan yang lainnya, sedangkan dilihat
dari segi teknik pembuatan hasilnya merupakan bentuk cekung, cembung dan saling
berkesinambungan.
Seni ukir dapat dilaksanakan atau dibuat dengan berbagai
macam bahan, diantaranya: kayu, buah, tulang, batu, logam, dan lain sebagainya.
Pemilihan bahan untuk seni ukir tergantung dari tujuan digunakannya seni ukir
itu. Dari berbagai bahan tersebut kayu merupakan bahan yang cukup mudah dalam
pengerjaannya, dengan diimbangi penguasaan materi dari alat.
Menurut Bastomi (1982 : 3-4) ada enam macam jenis
seni ukir yang dihasilkan oleh para seniman atau perajin , yaitu :
1.
Jenis Ukiran Cembung
Ukiran cembung ialah suatu bentuk ukiran cembung. Jenis
ukiran ini banyak digunakan pada pembuatan relief.
2.
Jenis Ukiran Cekung
Ukiran
cekung adalah suatu bentuk ukiran yang mempunyai bentuk cekung.
3.
Jenis Ukiran Susun
Ukiran
susun ialah suatu bentuk ukiran yang bersusun – susun, misalnya ukiran daun
yang besar di bawah ukiran daun yang sedang dan kecil sehingga terjadi bentuk
yang indah.
4.
Jenis Ukiran Garis (cawen)
Ukiran garis bentuk ukiran yang dipahat pada garis –
garis gambarnya saja. Jenis ini banyak digunakan pada logam sebagai ukiran guratan
(ukiran perak).
5.
Jenis Ukiran Takokan
Ukiran
takokan adalah suatu bentuk ukiran yang tidak memakai bingkai, jadi ukiran ini
memperlihatkan tepi – tepi batas ukiran. Ukiran ini erat hubungannya dengan
ukiran jenis krawangan.
6.
Jenis Ukiran Tembus (krawangan)
Ukiran
tembus adalah suatu bentuk ukiran yang tidak memakai dasar, jadi ukiran ini
dasarnya tembus (berlubang), sehingga banyak dipakai untuk penyekat ruang (sketsel),
kursi, ukir tempel dan sebagainya.
Dijelaskan
lebih lanjut oleh Bastomi (1982 : 3-4) jenis ukiran berdasarkan tinggi
rendahnya ukiran yang dihasilkan oleh para seniman atau perajin ada enam macam,
yaitu :
1. Ukir Rendah ( Bas Relief ),
disebut ukir rendah karena gambar yang timbul kurang dari separo belah bentuk utuhnya.
2. Ukir sedang ( Mezzo
Relief ), disebut ukir sedang karena gambar yang timbul tepat separo
bentuk utuhnya.
3. Ukir Tinggi ( Haut
Relief ), disebut ukir tinggi karena gambar yang timbul lebih dari
separo bentuk utuhnya.
4. Ukir Cekung atau ukir tenggelam
( Encreux Relief ), disebut ukir cekung karena gambarnya
tenggelam lebih rendah dari bidang dasarnya.
5. Ukir Tembus atau ukir krawangan ( Ayour
Relief ), disebut demikian karena dasarannya menembus bidang dasar,
sehingga dasarannya berupa lubang – lubang atau tembus.
6. Ukir Tumpang, disebut demikian
karena gambarnya tumpang tindih diatas bidang dasar. Ukir tumpang serupa dengan
relief patung karena gambarnya utuh seperti patung. Contoh : relief patung
terkenal adalah kamadhatu di kaki candi Borobudur.
Kayu sebagai bahan ukiran memegang peranan yang penting
dalam pengerjaan suatu ukiran. Untuk mendapatkan jenis kayu supaya dalam ukiran
yang dihasilkan sesuai dengan keinginan pengukir, dibutuhkan suatu ketelitian
dalam memilihnya. Selain itu, penggunaan kayu yang tidak tepat dengan jenis dan
sifatnya akan menyebabkan hasil ukiran tidak memuaskan..
Motif
– motif dalam Seni Ukir
Pada
umumnya apabila mendengar istilah kerajinan ukir, maka masyarakat akan
mengartikan atau menafsirkan, terbatasi pada barang – barang mebel atau
tepatnya meja kursi berukir saja. Dalam dunia seni rupa, ukir – ukiran atau
seni ukir merupakan satu bagian yang tidak dapat dipisah pisahkan dari
kehidupan masyarakat. Kerajinan ukir sampai sekarang mengalami perkembangan
yang cukup menggembirakan mulai kita kenal sejak agama Hindu dan Budha masuk ke
Indonesia.
Dalam
seni ukir terdapat istilah motif, Motif adalah corak suatu benda, dalam
kerajinan tekstil motif adalah pengulangan suatu gambaran atau corak pada
kain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, motif dapat diartikan
pola atau corak.
Menurut Syafi’i dan Rohidi (1987: 5) motif adalah pokok
pikiran dan bentuk dasar dalam perwujudan ornamen atau ragam hias. Sedangkan
menurut Gustami (1987: 7) motif merupakan sebagai pangkal atau tema dari sebuah
kesenian. Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa motif adalah awal dari
suatu pola dalam ragam hias tertentu untuk menambah keindahan baik untuk hiasan
maupun terapan. Motif dalam tulisan ini adalah menggambarkan corak, bentuk dari
suatu benda.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motif seni
ukir adalah corak atau bentuk dasar dari suatu pola dalam kerajinan ukir kayu
untuk menambah keindahan baik untuk hiasan maupun terapan.
Fungsi Seni Ukir
Karya seni ukir memiliki macam-macam fungsi antara lain:
1. Fungsi hias, yaitu ukiran yang dibuat semata-mata sebagai hiasan dan tidak memiliki makna tertentu.
Ukiran
sebagai hiasan dinding
2. Fungsi magis, yaitu ukiran yang mengandung simbol-simbol tertentu dan berfungsi sebagai benda magis berkaitan dengan kepercayaan dan spiritual.
Patung
suku asmat
Ukiran
yang berfungsi magis
3. Fungsi simbolik, yaitu ukiran tradisional yang selain sebagai hiasan juga berfungsi menyimbolkan hal tertentu yang berhubungan dengan spiritual. Misalnya seperti bentuk kode-kode visuall tradisi Minangkabau yang disebut dengan "kupang-kupang si awang labiah" pada bagian singok bangunan tradisi minang.
kupang-kupang
si awang labiah
Ukiran
yang berfungsi Simbolik
Contoh lain adalah seperti beberapa ornamen yang terdapat pada rumah adat di Indonesia.
Misalnya: Simbol Ornamen Tradisional Rumah adat Jawa tengah.
Dalam sebuah bangunan Jawa biasanya dapat dijumpai banyak kayu yang diukir. Ornamen ukir ini sarat mengandung makna simbolis. Ornamen ini bermacam ragamnya, misalnya gunungan, tlacapan, ayam jago, ular naga, banyu-tetes, banaspati dan sebagainya.
Bentuk dan makna ornamen yang akan dibahas disini dibatasi hanya pada beberapa ornamen yang umum dipakai.
a) Gunungan (Kayon / kekayon), Gunungan adalah simbol dari jagad raya. Puncaknya adalah lambang keagungan dan keesaan. Bentuk simbol ini memang menyerupai gunung (seperti yang sering dipakai dalam wayang kulit). Dalam prakteknya, orang-orang Jawa memasang motif gunungan di rumah mereka sebagi pengharapan akan adanya ketenteraman dan lindungan Tuhan dalam rumah tersebut.
b)
Lung-lungan,
Sesuai dengan arti harafiah kata “lung” sendiri yang berarti batang tumbuhan
yang masih muda, simbol ini berupa tangkai, buah, bunga dan daun yang distilir.
Jenis tumbuhan yang sering digunakan adalah tumbuhan teratai, kluwih, melati,
beringin, buah keben dsb. Simbol ini melambangkan kesuburan sebagai sumber
penghidupan di muka bumi.
c)
Wajikan, Berasal
dari kata ”wajik”, yaitu sejenis makanan dari beras ketan yang dicampur gula
kelapa. Sesuai dengan namanya, wajikan berupa bentukan belah ketupat yang di
tengahnya terdapat stilasi bunga.
d)
Patran
Patran berbentuk seperti daun yang disusun berderet-deret. Biasanya patran ditempatkan di bagian bangunan yang sempit dan panjang.
Patran berbentuk seperti daun yang disusun berderet-deret. Biasanya patran ditempatkan di bagian bangunan yang sempit dan panjang.
e)
Banyu-tetes
Ornamen ini biasa diletakkan bersamaan dengan patran. Sesuai dengan namanya, oranamen ini menggambarkan tetesan air hujan dari pinggiran atap (tritisan) yang berkilau-kilau memantulkan sinar matahari.
Ornamen ini biasa diletakkan bersamaan dengan patran. Sesuai dengan namanya, oranamen ini menggambarkan tetesan air hujan dari pinggiran atap (tritisan) yang berkilau-kilau memantulkan sinar matahari.
f)
Banaspati / Kala / Kemamang
Ragam hias berbentuk wajah hantu / raksasa. Banaspati ini melambangkan raksasa yang akan menelan / memakan segala sesuatu yang jahat yang hendak masuk ke dalam rumah. Karenanya ragam hias ini biasa ditempatkan di bagian depan bangunan, seperti pagar, gerbang, atau pintu masuk.
Ragam hias berbentuk wajah hantu / raksasa. Banaspati ini melambangkan raksasa yang akan menelan / memakan segala sesuatu yang jahat yang hendak masuk ke dalam rumah. Karenanya ragam hias ini biasa ditempatkan di bagian depan bangunan, seperti pagar, gerbang, atau pintu masuk.
4.
Fungsi konstruksi,
yaitu ukiran yang selain sebagai hiasan juga berfungsi sebagai pendukung sebuah
bangunan.
konstruksi-tumpang-sari-joglo
Ukiran
berfungsi sebagai konstruksi
Ukiran
meja dari akar kayu jati
Ukiran
wajah manusia dari akar bambu
Teknik
Seni Ukir Nusantara
Ada beberapa teknik ukiran yang sering kita jumpai
dalam berbagai karya seni ukir dewasa ini, antara lain:
Carving
Adalah
seni chipping dan memotong pada bagian datar dari kayu untuk membuat ukiran
agar tampaknya menjadi tiga dimensi. Teknik ini biasanya dilakukan dengan
menggunakan alat bantu seperti pahat dan palu, pisau ukir meskipun sering
digunakan untuk memperjelas detail.
Dalam
ukiran relief, pengrajin pahat kayu membuat gambar terlebih dahulu kemudia
mulai mengukir kayu hingga tampak bagian yang timbul seperti relief.
Chip Carving
Teknik
ukiran Chip biasanya digunakan pada potongan-potongan yang lebih besar dari
pekerjaan seperti tunggul pohon atau kayu, dan menggunakan kapak dan pahat yang
lebih besar. Teknik ini untuk membuat karya yang besar seperti patung, dan ini
melibatkan proses yang rumit.
Pembakaran kayu
Pembakaran
kayu adalah teknik terutama digunakan untuk menambah desain untuk finishing
kayu, tetapi beberapa pemahat benar-benar menggunakan metode pembakaran untuk
mengukir kayu kecil. Kayu yang dibakar akan menghitam di sekitar ukiran akhir
dan memperjelas kesan sehingga tapak lebih hidup.
Mengerik
Mengerik
adalah salah satu cara tertua dan paling sederhana dalam teknik memahat kayu.
Teknik ini melibatkan tidak lebih dari sepotong kayu dan pisau ukir.
Berlatih
seni ini ternyata cukup rumit walaupun tampaknya sangat mudah, bagi pemula
untuk membuat ukiran dari teknik ini dapat menghabiskan waktu setengah jam.
Dalam
banyak kasus, pemahat kayu yang sudah terampil dapat menggunakan pisau dengan
ukuran terkecil untuk memperjelas detail dari ukirannya.
Selain
terbuat dari kayu, ada juga seni ukir yang terbuat dari sabun batang, sayuran,
buah-buahan, dan sebagainya.
Seni Ukir Buah dan Sayuran
Salah satu tujuannya yaitu Agar
Anak-anak Menggemari Makan Sehat.
Seorang seniman ukir buah-buahan dan
sayuran asal Thailand mengatakan membiarkan anak-anak bermain dengan
buah-buahan dan sayuran bisa membantu mendorong mereka untuk mengkonsumsi
makanan sehat.
Tong, seniman asal Thailand memamerkan kemahirannya memahat
sayur-sayuran dan buah-buahan di Festival Labu, yang digelar di Queensland.
Mengukir timun Jepanf. (Foto: Kallee Buchanan).
Ia mengaku kalau ukiran
sayur-sayuran dan buah-buahan biasanya hanya dipajang di hotel-hotel
berbintang, tapi di Australia, keahlian ini justru dianggap sebagai sebuah karya
seni.
"Saya senang melakukannya sejak
pertama kali pindah ke Australia. Saya merasa yakin kalau ini bisa membantu
saya mencari kerja," ujar Tong.
"Tapi tidak ada yang merekrut
saya, karena kemahalan," tambah Tong, yang kini memulai bisnisnya sendiri.
Tong mengaku belajar ke sekolah
khusus untuk mendapatkan kemampuannya ini, sebelum akhirnya mampu mengukir
bentuk-bentuk yang rumit.
"Saat pertama kali saya
melakukannya, saya mencoba mengukir labu karena teksturnya yang tidak terlalu
lembut, tapi juga tidak terlalu keras," kata Tong.
Tapi baru di Festival Labu tahun ini
ia membuat ukiran labu dalam jumlah yang banyak. Hampir 90 persen karya yang
ditampilkannya dibuat dari labu.
"Saya belum pernah
melakukannya, dan merasa senang," katanya.
Tong yang juga memiliki kualifikasi
di bidang juru masak mengaku kalau teknik pahatan yang lebih kompleks memang
lebih rumit.
Tapi ia mengajak para orang tua
untuk mempelajari teknik mengukir pada sayuran dan buah-buahan, dimulai dengan
bentuk pahatan yang mudah.
"Saya membuat buah-buahan dan
sayuran dalam bentuk hewan, kemudian boneka, dan ini sangat edukatif untuk
anak-anak.
Menurut Tong biarkan anak-anak
bermain dengan makanannya, karena kemudian mereka akan tertarik dan kemudian
memakannya.
"Anak-anak juga bisa melakukannya
dengan pemotong kue yang tidak tajam, saat mereka memainkannya, mereka akan
memakannya," katanya.
seni ukir memperindah produk mebel
BalasHapus